http://jurnalakuntansikeuangan.com/2013/07/mendongkrak-karir-di-akuntansi-apakah-perlu-study-lanjutan/
untuk tujuan internal..
Menambah ilmu—dengan melanjutkan study—selalu baik. Namun keterbatasan finansial, waktu dan tenaga, kerap membuat logika sederhana ini menjadi rumit.
Lulusan S1 Akuntansi yang punya uang, bingung memilih apakah sebaiknya bekerja atau melanjutkan study. Sementara mereka yang sudah bertekad melanjutkan study pun masih bingung memilih program study yang paling tepat untuk mendongkrak karir di bidang akuntansi.
Bisa dipahami. Karena bagimanapun juga, melanjutkan study mengkonsumsi waktu dan tenaga. Terlebih-lebih biaya pendidikan di Indonesia tergolong mahal.
Perlu pertimbangan yang matang sebelum menghambur-hamburkan biaya, waktu dan tenaga. Misalnya dengan berpikir:
- Apakah rencana melanjutkan study benar-benar penting dan mendesak?
- Kapan saat yang paling tepat untuk melanjutkan study sehingga tepat guna (bisa mendongkrak karir)?
Mengapa mengutip percakapan dengan dari senior admin nya JAK? Karena dia lebih berpengalaman dibandingkan saya pribadi dan admin JAK lainnya, sehingga sudah kita anggap sebagai mentor di sini.
Disamping itu, pandangan beliau sering kali ‘out of the box’ dan bisa jadi sangat berbeda dibandingkan sudut pandang yang lumrah. Terakhir, karena beliau orangnya murah hati, tak pernah pelit dalam urusan ilmu. Ini yang membuat kami betah di JAK.
Kita mulai dengan pertanyaan pertama: apakah setelah lulus perlu melanjutkan study sebelum terjun ke dunia kerja?
Belum Urgent Untuk Fresh Graduate “Untuk fresh graduate yang ingin berkarir di lingkungan bisnis lebih baik langsung bekerja. Jangan buang-buang waktu untuk study ini dan itu,” saran senior Admin JAK via Skype.
“Embel-embel gelar tak banyak berpengaruh di lingkungan bisnis. Yang menentukan seseorang qualified atau tidak hanya kemampuan dan sikap mentalnya dalam bekerja. Dan lulusan D3 atau S1 Akuntansi sudah merupakan bekal yang cukup untuk itu,” terangnya.
Apakah study S2 tidak ada manfaatnya samasekali bagi fresh graduate?
“Tentu ada. Yang namanya ilmu, jika dipelajari dan diterapkan secara sungguh-sungguh sudah pasti ada manfaatnya. Namun perlu dilihat urgensi dan relevansinya, hitung COST-and-BENEFIT nya. Biaya study di Indonesia kan mahal, jadi sebaiknya yang benar-benar berpengaruh langsung terhadap kemampuan bekerja,” beliau mengingatkan.
“Untuk akademisi dan peneliti, berpendidikan S2 mungkin merupakan nilai tambah. Namun untuk praktisi (yang akan atau sedang bekerja di lingkungan bisnis), saya rasa tidak signifikan,” tandasnya.
Bagimana jika ingin jadi auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP)? Bukankah pekerjaan ini memerlukan keahlian yang belum diperoleh di jenjang S1?
“Tidak harus. Banyak koq fresh graduate yang langsung masuk KAP, tanpa didahului dengan mengambil study khusus. Yang penting mau belajar dari senior di sana.”
Untuk menjalankan proses audit, bukannya perlu sekolah khusus audit dan pegang lisensi akuntan publik terlebih dahulu?
“Ini yang sering disalahpersepsikan. Banyak yang berpikir kalau semua auditor itu akuntan publik. The truth is NOT.”
Lalu, yang betul bagaimana?
“Kepada adik-adik fresh graduate, tolong diingat kembali mata kuliah auditnya. Proses audit itu sesungguhnya panjang—mulai dari observasi lapangan, membuat rencana audit, mengumpulkan data/bukti, menganalisa, memvalidasi, sampai pada proses menarik kesimpulan dan memberikan atestasi (opini),” senior admin JAK menjelaskan.
“Khusus untuk memberikan atestasi mengenai kewajaran sebuah laporan keuangan, memang HARUS seorang akuntan publik. Namun pekerjaan-pekerjaan lainnya tidak harus. Itu sebabnya yang menangani proses audit itu tidak seorang diri, melainkan sebuah team yang terdiri dari berbagai macam level auditor. Fresh graduate bisa jadi junior, membantu para senior sambil belajar,” sambungnya.
“Kalau ada cukup waktu dan uang, boleh juga ambil program PPAk dan Berevet Pajak. Lulus salahsatunya mungkin meningkatkan chance diterima bekerja. Namun perlu disadari bahwa, lulus program PPAk tidak jaminan pasti langsung bisa mengaudit. Dan lulusan Brevet Pajak juga bukan jaminan pasti bisa langsung menangani perpajakan secara mandiri. Tetap saja harus mulai dari posisi junior dan belajar daru senior yang kebanyakan hanya berpindidikan S1” terangnya lebih rinci.
“Yang perlu saya tekankan di sini, untuk melamar kerja di KAP tidak harus seorang CPA, apalagi S2, samasekali tidak,” tandasnya.
Saya ceritakan, saat ini di Indonesia, ada wacana berkembang yang menyebutkan bahwa untuk ujian Certified Public Accountant (CPA) di masa yang akan datang tak harus lulusan PPAk, bahkan katanya tak harus jurusan akuntansi, yang penting mampu menjawab soal-soal ujian CPA. Wacana inilah yang membuat banyak lulusan S1 Akuntansi menjadi ragu-ragu antara mengambil program PPAk atau mengambil S2.
“Nah apalagi jika aturan itu nanti sudah berlaku. Jadinya jauh lebih penting mempraktekkan ilmu yang diperoleh di jenjang S1 ketimbang study-study lagi.”
Soal Ujian CPA maupun Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP), menurut beliau, memang dirancang untuk mereka-mereka yang sudah tahu caranya menjalankan pekerjaan akuntansi yang sesungguhnya, bukan yang hanya menguasai teori atau konsep semata. Itu sebabnya, fresh graduate yang ikut ujian CPA atau USKP lebih banyak yang tak lulus, meskipun sudah mengambil program PPAk dan Brevet Pajak.
Tujuan dari ujian CPA dan pemberian sertifikat akuntan publik bagi yang lulus, masih menurut beliau, adalah untuk memastikan bahwa mereka yang berpraktek sebagai akuntan publik nantinya adalah akuntan yang benar-benar memenuhi qualifikasi. Adapun quaifikasi yang dimaksudkan, menurut beliau, yaitu:
- Sunguh-sungguh menguasai teori dan standar akuntansi <<<== Mereka yang serius kuliah sudah memperoleh ini saat menempuh S1 Akuntansi.
- Sungguh-sungguh mampu menjalankan pekerjaan teknis akuntansi—mulai dari pengukuran, pengakuan/pencatatan, sampai penyajian dalam bentuk laporan keuangan—secara practical <<<== Sebagian kecil dari sekill ini bisa diperoleh melalui program PPAk, sedangkan sebagian besarnya diperoleh dengan pengalaman bekerja.
- Sungguh-sungguh mampu menjalankan proses kompilasi (menyusun), mengaudit (memeriksa) dan memberi atestasi (menilai kewajaran) laporan keuangan secara independent <<<== Sebagian kecil dari skill ini bisa diperoleh melalui program PPAk dan sebagian besarnya melalui pengalaman bekerja (terutama di KAP) dan ujian CPA.
- Sungguh memahami dan mampu menunjung tinggi kode etik Akuntan Publik <<<== Secara teoritis sudah dipelajari saat menempuh S1 dan program PPAk, sedangkan prakteknya bisa diperoleh dengan bekerja.
Simpulan (Sementara):
- Setelah lulus S1, mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah adalah yang paling penting dan paling urgent untuk dilakukan dalam berkarir di bidang akuntansi dalam lingkungan bisnis.
- Sertifikasi profesi (CPA, BKP, CIA atau CISA) penting sebagai bentuk pengukuhan bahwa seorang akuntan benar-benar memenuhi kualifikasi untuk menjalankan profesi khusus, entah menjadi seorang akuntan publik, auditor, atau konsultan pajak.
Profesi dan tingkat urgensi seperti apa yang membutuhkan study S2 untuk berkarir di bidang akuntansi?
Kapan Perlu Study Lanjutan? Untuk fresh graduate sudah jelas, tak usah bingung memilih antara bekerja atau melanjutkan study. Begitu lulus langsung lamar kerja. Kalau ada uang dan waktu lebih, bisa ambil PPAk atau Brevet Pajak, TAK PERLU sampai ambil study S2 jika orientasinya adalah BERKARIR DI LINGKUNGAN BISNIS (menjadi praktisi). Tapi jika ingin menjadi akuntan pendidik atau peneliti, mungkin perlu ambil S2.
Bagaimana dengan akuntan yang telah bekerja? Apakah sudah waktunya untuk melanjutkan study S2? Program study apa persisnya yang diperlukan sehingga benar-benar bisa mendongkrak karir?
“Pisah batasnya adalah Management Level,” senior admin JAK memberi batasan.
“Mereka yang saat ini sudah ada di Management Level dan ingin meraih posisi Middle-Management hingga Executive Level, sudah saatnya melanjutkan study S2” imbuhnya.
Perlu saya jelaskan, jenjang (level) management hingga executive ini berbeda-beda antara satu sektor usaha dengan sektor lain:
Di Kantor Akuntan Publik (KAP), Konsultan Pajak (KKP) atau Trusted Business Advisor (TBA) – Yang disebut Management Level mulai dari Supervisor sampai dengan Manager. Sedangkan yang disebut Middle-Management adalah posisi Partner dan Managing Partner. Dan yang disebut Executive Level adalah Vice Presidennt dan President. (KAP berskala kecil mungkin strukturnya agak berbeda).
Di perusahaan non-KAP, KKP, TB (misal: manufaktur, dagang, banking, hospitality, dlsb) – Yang disebut management level adalah posisi Supervisor, Chief Accountant hingga Manager. Sedangkan yang disebut Middle-Management Level adalah posisi General Manager (operasional), Controller (akuntansi) dan Treasurer (keuangan). Dan yang disebut Executive Level adalah posisi Chief Financial Officer (CFO) setara dengan Direktur Keuangan, dan Chief Executive Officer (CEO) yang setara dengan Direktur Utama, Vice President dan President.
Seseorang yang sudah ada di level management tentunya sudah mampu dan berhasil mengaplikasikan sebagian besar ilmu yang diperoleh di bangku kuliah S1 dengan sangat baik. Terlebih-lebih berbagai macam sertifikat profesional (Akuntan, CPA, BKP, CIA/CISA, CMA, CFE, dlsb) sudah dimiliki—sehingga sudah bisa disebut sebagai seseorang yang sangat menguasai pekerjaanya (terampil), bisa bekerja secara mandiri dan professional.
“Dengan semua itu, seorang manager idealnya telah mampu mengambil keputusan-keputusan bisnis yang berlaku terbatas (misal: hanya berlaku di satu seksi atau devisi atau department). Namun demikian, masih BELUM MAMPU mengambil keputusan-keputusan bisnis yang berlaku dan berdampak luas,” senior admin JAK menambahkan.
Lebih lanjut senior mengatakan bahwa, keputusan-keputusan yang berlaku dan berdampak luas di semua lingkup perusahaan hanya mampu diambil oleh orang yang tidak sekedar terampil dan mampu bekerja secara mandiri, melainkan sudah ahli (expert) di bidangnya, mampu memandang perusahaan secara kesuluruhan (tidak departemental). Dan orang-orang seperti ini adalah mereka yang mengisi posisi Middle-Management Level (GM, Controller, Treasurer) dan Executive Level (CFO, CEO, Vice President, President).
Rekan pembaca JAK yang saat ini sudah berada di posisi management dan selangkah lagi akan masuk ke jenjang middle-management, menurut senior admin JAK, sudah waktunya untuk melanjutkan study dengan mengambil S2 jika memang ada rencana untuk itu. Di jenjang ini, study S2 sudah tepat guna.
Kesimpulan Akhir Melanjutkan study adalah pilihan yang baik. Namun perlu menimbang cost-dan-benefitnya, mengingat biaya pendidikan saat ini tidaklah murah. Sehingga, jika meneruskan pendidikan, JAK menganjurkan untuk memilih program yang sungguh tepat guna dan memberi kontribusi langsung terhadap kemampuan bekerja, thus perkembangan karir.
Yang paling penting dipertimbangkan dalam hal ini adalah tingkat kebutuhan dan relevansinya:
- Jika ingin menjadi akuntan pendidik (dosen misalnya) atau peneliti, maka melanjutkan study ke S2 adalah urgent.
- Fresh graduate yang ingin berkarir di lingkungan bisnis, entah di KAP atau di perusahaan non-KAP, belum urgent untuk melanjutkan study ke S2. Bekal pendidikan S1 Akuntansi (bahkan D3 sekalipun) sudah merupakan bekal yang cukup, setidaknya sampai menjadi seorang chief accountant atau manager.
- Untuk Fresh graduate yang merasa belum siap bekerja, mengambil program Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) atau Berevet Pajak juga pilihan yang relevan. Namun perlu disadari bahwa lulus PPAk takkan serta-merta membuat siap menjadi seorang auditor dan lulus Brevet pajak juga takkan langsung membuat siap menjadi konsultan pajak yang mandiri. Pada kenyataannya tetap harus menjadi pegawai pemula di tempat kerja.
- Mengikuti ujian CPA adalah penting untuk mengukuhkan diri sebagai seorang akuntan publik yang memang memiliki qualifikasi untuk berpraktek. Mengikuti ujian sertifikasi konsultan pajak (USKP) juga penting untuk mengukuhkan diri sebagai seorang konsultan pajak profesional. Dan ujian certified intenal auditor (CIA/CISA), juga penting untuk mereka yang ingin mengukuhkan diri sebagai seorang auditor yang profesional.
- Ujian sertifikasi profesi (CPA, BKP, CIA/CISA, CMA, CFE, dll) sebaiknya diambil setelah memiliki pengalaman bekera yang cukup di bidang masing-masing, biasanya setelah memiliki masa kerja minimal 2 hingga 3 tahun, sehingga chance lulusnya menjadi lebih tinggi. Karena soal-soal ujiannya memang dirancang untuk mereka-mereka yang memang sudah betul-betul mampu menjalankan proses pekerjaan yang sesungguhnya, bukan sebatas menguasai teori/konsep.
- Khususnya di lingkungan bisnis, melanjutkan study S2 baru menjadi urgent dan tepat guna bagi seseorang yang telah menempati posisi management-level (supervisor s/d manager) dan ingin naik ke middle-management level (GM, Controller, Treasurer).